Entri Populer

Selasa, 03 Mei 2011

JAZIRAH ARAB PRA ISLAM



JAZIRAH ARAB PRA ISLAM

Jazirah dalam bahasa Arab berarti pulau jadi “Jazirah Arab” berarti “Pulau Arab”. Oleh bangsa Arab tanah air mereka diebut jazirah, kendatipun hanya dari tiga jurusan saja dibatasi oleh laut. Yang demikian itu adalah secara majs (tidak sebenarnya). Sebagian ahli sejarah menamai tanah Arab itu “Shibhul Jazirah” yang dalam bahasa Indonesia berarti “Semenanjung”.
Jazirah Arab itu berbentuk empat persegi panjang, yang sisi-sisinya tiada sejajar. Disebelah barat berbatas dengan Laut Merah, di sebelah selatan dengan Lautan Hindia, di sebelah timur dengan Teluk Arab dan di sebelah utara dengn Gurun Irak dan Gurun Syam (Gurun Siria). Panjangnya 1000 km lebih, dan lebarnya kira–kira 1000 km.
Jazirah Arab itu terbagi atas dua bahagian :
1.      Bagian Tengah
2.      Bagian Tepi
Bagian tengah terdiri dari tanah pergunungan yang amat jarang dituruni hujan. Penduduknya pun sedikit sekali, yatu terdiri dari kaum pengembara yang selalu berpindah–pindah tempat. Menuruti turunnya hujan, dan mencari padang–padang yang ditumbuhi rumput tempat mengembalakan binatang.
Penduduk bagian tengah Jazirah Arab disebut kaum Badui, yaitu penduduk gurun (padang pasir). Binatang ternak yang amat penting bagi kehidupan mereka ialah yang oleh mereka diberi nama “Safinatus Shahra” (Bahtera padang pasir), dan biri–biri. Biri–biri ini adalah salah satu dari bahan hidup yang terpenting bagi mereka.
Bagian tengah dari Jazirah Arab terbagi atas dua bagian :
1.      Bagian utara, didebut “Nejed”
2.      bagian selatan disebut “Al Ahqaf”

Bagian selatan pendudukn ya amat sedikit, oleh karenanya bagian itu dikenal dengan nama “Ar Rab’ul Khali” (tempat yang sunyi).  Adapun bagian Arab bagian tepi adalah merupakan sebuah pita kecil yang melingkari Jazirah Arab itu. Hanya dipertemukan Laut Merah dengan Laut Hindia pita itu agak lebar. 
Pada Jazirah Arab bagian tepi itu, boleh dikatakan hujan turun dengan teratur, oleh karena itu penduduknya tiada mengembara, melainkan menetap di tempatnya. Mereka mendirikan kota–kota dan kerajaan–kerajaan, dan sempat pula membina berbagai kebudayaan. Oleh karena itu mereka disebut “Ahlul Hadhar” (penduduk negeri).
Di bagian tepi di sebelah utara pernah berdiri kerajaan Hirah dan Ghassan. Yamah, Hejaz, Hirah dan Ghassan itulah yang merupakan negeri di Jazirah Arab, selainya adalah gurun.  

GURUN (PADANG PASIR)
Kesitimewaan penduduk gurun terutama ialah, mereka mempunyai nasab murni. Hal ini disebabkan Jazirah Arab tidak pernah dimasuki oleh orang asing. Bahasa merka terpelihara, karena kerusakan bahasa terutama disebabkan oleh percampuran dengan bahasa-bahasa asing, seperti yang kelihaatan pada bahasa penduduk negeri, namun mereka tetap murni dan terpelihara.
Karena bahasa mereka masih murni, maka padang pasir itu dijadikan sekolah tempat mempelajari dan menerima bahasa Arab yang fasih, dikala bahasa Arab itu telah mengalami kerusakan di kota-kota dan negeri.
Kehidupan di padang pasir memerlukan perasaan kesukuan, karena sukuisme itulah yang akan melindungi keluarga dan warga suatu suku. Di padang pasir tidak ada pemerintahan atau suatu badan resmi, yang dapat melindungi rakyat atau warga negaranya dari penganiayaan dan tindakan sewenang-wenang dari siapa saja.
Untuk memuliakan dan menghormati Ka’bah yang didatangi oleh bangsa Arab dari segenap penjuru guna mengerjakan haji dan umrah, maka dilaranglah berperang atau melancarkan penyerangan-penyerangan pada beberapa bulan dalam setahun, yaitu pada bulan Zulqaidah, Zulhijjah, Muharam (pada bulan-bulan tersebut mereka mengerjakan haji)  dan  Rajab (di bulan ini mereka mengerjakan umrah).
Bangsa badui telah pernah memegang peranan penting dalam memlancarkan perniagaan dunia, yaitu sebelum Teruzan Suez digali. Laut Merah di waktu itu belum dipakai untuk pelayaran, karena banyak  pulau-pulau. Maka kaum Badui penduduk guru itulah yang bekerja memperhubungkan perniagaan antara benua Asia dan benua Eropa dengan melalui Jazirah Arab. Jalur-jalur perniagaan telah mereka atur dengan rapi dan seksama. Sistem pemerintahan pada  bangsa Badui adalah sistem bersuku-suku.

NEGERI-NEGERI

YAMAN
Perkataan Yaman berasal dari kata “Yumn”  yang berarti “berkat”. Dinamai demikian, karena negeri ini banyak berkat dan kebaikan.
Negeri Yaman makmur karena tanahnya subur. Hujan pun banyak turun di sana. Anak negerinya membuat waduk-waduk  dan  bendungan-bendungan air, agar dengan adanya waduk-waduk dan bendungan-bendungan air itu, air hujan dapat dipergunakan dengan baik, dan juga agar kota-kota dan kampung-kampung serta tanaman mereka tiada dilanda air bah di musim hujan. Penduduk Yaman pun pernah memegang peranan besar dalam melancarkan perniagaan antara Timur dan Barat.
Diantara kerajaan-kerajaan penting yang telah pernah berdiri di Yaman ialah: Kerajaan Ma’in, Qutban, Saba’ dan Himyar.
Kerajaan Ma’in berdiri kira-kira tahun 1200 sebelum Masehi, dan kerajaan Qutban berdiri kira-kira tahun 1000 sebelum Masehi. Kerajaan Qutban inilah ytang jadi pengawas Selat Bab el Mandeb. Akan tetapi hal-hal yang mengenai kerajaan ini amat sedikit yang dikenal. Akhirnya kedua-duanya roboh, dan di atas puing kerobohannya berdirilah kerajaan Saba’.

KERAJAAN SABA’
Kemasyhuran Kerajaan Saba’ berpokok pangkal pada dua sebab:
1.      Ratunya yang terkenal bernama Ratu Bilqis. Cerita tentang Ratu Bilqis ini bersama Nabi Sulaiman dan burung hud di dalam Al-Qur’an.
2.      Bendungan Ma’rib yaitu satu bendungan yang terkenal dalam sejarah. Bendungan ini dibangun oleh arsitek-arsitek Yaman yang ahli dalam ilmu bangunan. Bendungan ini merupakan sebuah dam raksasa yng dapat membendung air di antara dua buah gunung. Air itu dapat mereka pergunakan di waktu-waktu perlu.  Dengan adanya bendungan ini maka kampung-kampung, kebun-kebun dan tanam-tanaman  yang berada di tanah-tanah rendah dapat dipelihara dari bahaya banjir yang kerapkali terjadi di musim-musin hujan.

KERAJAAN HIMYAR
Kerajaan Himyar pada permulaan berdirinya  adalah suatu kerajaan yang kuat. Raja-rajanya telah dapat memperbaiki sistem pertanian dan pengairan, dengan memperbaiki kembali bendungan-bendungan dan dam-dam air.
Akan tetapi, kerajaan ini akhirnya mengalami kelemahan pula. Mereka alpa memperbaiki dan mengawasi bendungan-bendungan dan dam-dam air itu. Bendungan Ma’rib tidak dapat dipertahankan lagi. Oleh sebab itu, Yaman menjadi lemah.
Kerajaan-kerajaan ini juga pernah mempunyai armada yang besar untuk membawa barang-barang perniagaan dari India, Tiongkok, Somali dan Sumatera ke pelabuhan-pelabuhan Yaman. Perniagaan pada jalur ini boleh dikatakan dimonopoli oleh mereka.

YAMAN TERJAJAH
Seorang Raja Yaman, yaitu Zu Nuas, menganut agama Yahudi. Tindakannya itu diikuti oleh sementara kaumnya. Di Najran yaitu bagian utara Yaman tersiar agama Masehi. Zu Nuas merasa kawatir kalau-kalau pengaruh Kerajaan Romawi dan Habsyi akan menjalar ke Yaman dengan perantaraan agama Masehi, apalagi negeri Yaman diwaktu itu (abad ke V M) sedang mengalami kelemahannya.
Maka Zu Nuas memerintahkan kepada penduduk Najran supaya memilih antara dua, yaitu agama Yahudi atau dibunuh mati. Penduduk Najran bertekad biar dibunuh mati.
Ada seorang dari mereka yang dapat melarikan diri. Orang ini pergi ke negeri Habsyi (Etiopia). Untuk ini, kerajaan Habsyi bekerja sama dengan Kerajaan Romawi. Kemudian mereka menyerang negeri Yaman. Dengan demikian jatuhlah negeri Yaman dibawah kekuasaan Habsyi.


KERAJAAN HIRAH DAN GHASSAN
Ada beberapa suku bangsa Arab menetap di bagian utara Jazirah Arab. Suku-suku bangsa ini kerapkali menganggu kerajaan Persia dan Romawi. Karena itu Kerajaan Persia dan Kerajaan Romawi, diusahakan suatu hajiz (dinding) yang akan melindungi negeri Persia dan Romawi dari serangan-serangan itu. Kabilah-kabilah ini oleh mereka diperlengkapi dengan senjata dan diberi uang. Dengan demikian berdiirlah Kerajaan Manadzirah di bawah perlindungan Kerajaan Persia, yang bertugas melindungi Kerajaan Persia itu. Di samping itu berdiri pula Kerajaan Ghassasinah di bawah perlindungan Kerajaan Romawi yang bertugas melindungi Kerajaan Romawi.

KERAJAAN  HIRAH (MANADZIRAH)
Kerajaan ini telah berjasa juga terhadap kebudayaan Arab, karena warga negaranya banyak mengadakan perjalanan-perjalanan di seluruh Jazirah Arab terutama untuk berniaga, dalam pada itu merka juga menyiarkan kepandaian menulis dan membaca.
Diantara raja-raja yang terkenal ialah: Umru ul Qais, Nu’man ibnu Umru ul Qais (yang mendirikan istana Khawarnaq dan istana Sadir dipermulaan abad kelima Masehi), Mundzir ibnu Ma’si Sama’ Amr ibnu Hind dan Mundzir ibnu Mu’man ibnul Mundzir. Mundzir ibnu Mu’man ibnul Mundzir inilah raja terakhirnya

KERAJAAN GHASSAN (SHASASINAH)
Di antara raja-rajanya yang masyhur ialah: Jafnah ibnu ‘Amr, Arkam ibnu Tsa’labah dan Jabalah ibnul Aiham. Antara kerajaan Manadzirah dengan kerajaan Ghasasinah itu selalu terjadi pergolakan terutama disebabkan perselisihan tentang tapal batas. Kerajaan Manadzirah menjalankan politik yang dijalankan oleh Kerajaan Persia, sebagaimana kerajaan Ghasasinah menjalankan politik yang dijalankan oleh Kerajaan Romawi.
Oleh karena raja-raja kerajaan Hirah dan Ghassan itu adalah dari keturunan Yaman, maka dalam bidang kebudayaan dan cara hidup, mereka menjaga corak dan tradisi Yaman. Jasa kerajaan-kerajaan ini yang terpenting ialah mereka telah memegang peranan dalam menyiarkan pelbagai macam kebudayaan Persia dan Romawi ke Jazirah Arab.

HEJAZ
Hejaz dapat dikenal karena negeri ini amat erat hubungannya dengan agama-agama dan kitab-kitab suci. Oleh karena itu, dalam mengikuti pertumbuhan kehidupan di Hejaz ini, di samping berpegang kepada buku-buku sejarah, kita juga akan mengambil bahan-bahan dari Al-Qur’an dan Hadist-hadist Nabi.

KEHIDUPAN SOSIAL DI JAZIRAH ARAB

SYAIR ARAB
Ada dua cara, dalam mempelajari syair Arab di masa Jahiliah, kedua-dua cara itu amat besar faedahnya.
a.       Mempelajari syair itu sebagai suatu kesenian, yang oleh bangsa Arab amat dihargai.
b.      Mempelahari syair itu dengan maksud, supaya kita dapat mengetahui adat istiadat dan budi pekerti bangsa Arab.

Syair adalah salah satu seni yang paling indah yang amat dihargai dan dimuliakan oleh bangsa Arab. Ada beberapa pasar tempat penyair-penyair berkumpul, yaitu pasar Ukaz, Majinnah, dan Zul Majaz. Salah satu dari pengaruh syair pada bangsa Arab ialah: bahwa syair itu dapat meninggikan derajat seorang yang tadinya hina, atau sebaliknya, dapat menghina-hinakan seseorang yang tadinya mulia.

AGAMA
Sebelum agama Islam datang, terdapat lima agama, yaitu:
1.      Agama Tauhid
Agama yang mengajarkan bahwa Tuhan itu hanya satu, yang patut disembah yaitu Allah.

2.      Agama Ashabinah
Agama yang mengajarkan bahwa benda-benda langit seperti  bulan, bintang dan matahari yang patut disembah.
3.      Agama Yahudi
Agama Yahudi adlah syariat yang diajarkan oleh Nabi Musa untuk kaum Bani Israil.
4.      Agama Masehi
Agama yang mempercayai bahwa Al Masih (Yesus Kristus) adalah anak Tuhan.
5.      Agama Jahiliyah
Agama yang mengajarkan bahwa berhala yang disembah dapat menentukan nasib seseorang.

SEJARAH KERASULAN

1.      Diutus Menjadi Rasul
Semenjak Muhammad kawin dengan Khadijah ia telah menjadi seorang yang  berada. Muhammad seringkali mengasingkan diri untuk berfikir tentang keadaan alam ini. Sementara itu Tuhan pun telah menumpahkan inayat-Nya kepada beliau, maka menghunjamlah pada jiwanya keinginan untuk mencurahkan perhatian dan waktu segenapnya untuk mengasingkan diri untuk Allah. Istri beliau pun memberikan dukungan penuh terhadap keinginan beliau ini. Disediakannya makanan untuk bekal Muhammad dalam melaksanakan maksudnya. Makanan itu dibawanya ke Gua Hira’. Disana beliau mengasingkan diri dan berfikir tentang alam dan Khaliqnya, tentang mati dan keadaan manusia sesudah mati itu dan lain-lain. Jiwa Muhammad yang suci bertambah suci, sehingga sewaktu-waktu beliau bermimpi dan mimpinya itu sebenarnya terjadi.
2.      Menerima Wahyu
Teruslah Muhammad mengasingkan diri dan berfikir, hingga turunlah kepadanya Jibril pada tanggal tujuh belas bulan Ramadhan.


Jibril memanggilnya, lalu berkata:
-       Bacalah! 
-        Saya tidak pandai membaca
-        Bacalah!
-      Saya tidak pandai membaca

Artinya     :     “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Inilah ayat-ayat Al-Qur’anul Karim  yang mula-mula diturunkan. Seperti kelihatan bahwa ayat-ayat ini belum menyuruh Muhammad menyeru manusia kepada suatu agama dan belum pula memberitahukan kepadanya bahwa dia adalah utusan Allah. Akan tetapi ayat-ayat itu mengesankan sesuatu yang luar biasa, yang belum diketahui oleh Muhammad apakah dia. Itulah sebabnya maka ia segera kembali ke rumahnya dalam keadaan gemetar, apalagi dia dipeluk dengan keras oleh Jibril beberapa kali, kemudian dilepaskan dan disuruhnya membaca seperti disebutkan diatas.

FASE-FASE SERUAN
Pada suatu hari kedengaranlah oleh beliau bunyi suara dari langit lalu diangkatnya kepadanya ke atas, maka kelihatanlah oleh beliau malaikat Jibril. Melihat pemandangan itu, tubuh beliau berasa gemetar. Beliau pulang ke rumahnya dalam keadaan takut. Sesampainya dirumah, beliau terus tidur sambil berkata kepada keluarganya:
“Selimutilah ku! Selimutilah aku”
Dalam keadaan semacam itu, datanglah Jibril menyampaikan firman Tuhan kepada beliau:
Artinya       :     “Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.”

FASE MENYERU SEORANG-SEORANG
Fase ini ada beberapa orang yang telah dapat menerima seruan Muhammad yaitu: isteri beliau, Ali putra paman beliau dan Zaid sahaya beliau. Kemudian Rasulullah menyeru Abu Bakar. Perhubungan Nabi dengan Abu Bakar ini adalah amat erat, karena itu Abu Bakar pun segera iman kepada Nabi.
Banyak orang yang masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar. Mereka terkenal dengan nama julukan “Assabiqunal Awwalun” (orang-orang yang lebih dahulu masuk Islam). Mereka ialah: Usman Ibnu Affan, Zuber ibnul Awwam, Sa’ad ibnu Abl Waqqasah, Abdur Rahman ibnu ‘Auf, Thalhah ibnu ‘Ubaidillah, Abu ‘Ubaidah ibnul Jarrah dan Al Arqam ibnu Abil Arqam.

MENYERU BANI ABDUL MUTTHALIB
Fase ini dimulai oleh Rasulullah sesudah tuhan menurunkan firmannya:

Artinya       :     “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat

Maka Nabi menyeru Bani Abdul Muttalib, sesudah mereka berkumpul berkatalah Nabi:
“Menurut yang saya ketahui belum pernah seorang pemuda membawa sesuatu untuk kaumnya yang lebih utama dari apa yang saya bawa untuk kamu. Saya bawa  untuk kamu segala kebaikan dunia dan akhirat”.
Perkataan Nabi ini disambut dengan baik dan dibenarkan oleh sebagian mereka, tetapi sebagian lagi mendustakannya.
Sesudah surat Al Hijr ayat 97 turun, mulailah Rasulullah menyeru segenap lapisan manusia kepada agama Islam dengan terang-terangan; baik golongan bangsawan maupun lapisan hamba-sahaya, begitu kaum kerabat beliau sendiri atau orang-orang jauh. Mula-mula beliau menyeru penduduk Mekkah, kemudian penduduk negeri-negeri lain.

FAKTOR YANG MENDORONG QURAISY MENENTANG SERUAN ISLAM
Sebab-sebab yang mendororng kaum Quraisy menentang agama Islam dan kaum muslimin, yaitu sebagai berikut:
1.      Persaingan berebut kekuasaan
Mereka mengira bahwa tunduk kepada agama Muhammad adalah berarti tunduk kepada kekuasaan Bani Abdul Muthalib. Sedang suku-suku bangsa Arab selalu bersaing untuk merebut kekuasaan dan pengaruh.
Sebab itu bukanlah suatu hal yang mudah bagi kaum Quraisy untuk menyerahkan pimpinan kepada Muhammad.
2.      Penyamaan hak antara kasta bangsawasan dan kasta hamba sahaya
Bangsa Arab hidup berkasta-kasta. Tetapi seruan Muhammad memberikan hal sama kepada manusia. Hak sama ini adalah suatu dasar yang penting dalam agama Islam. Agama Islam memandang sama antara hamba sahaya dengan tuannya. Karena itu kasta bangsawan dari kaum Quraisy enggan menganut agama Islam. Karena mereka anggap  akan meruntuhkan tradisi-tradisi dan dasar-dasar kehidupan mereka.
3.      Takut dibangkit
Kaum Quraisy tidak dapat menerima agama Islam yang mengajarkan bahwa manusia akan hidup kembali sesudah mati. Manusia dihidupkan kembali dalam keadaan tiada mempunyai kekuasaan dan pengaruh. Kemudian diadakan perhitungan terhadap segala perbuatannya dengan adil dan hemat cermat.
4.      Taklid kepada nenek moyang
Taklid kepada nenek moyang secara membabi buta dan mengikuti langkah-langkah meeka dalam soal peribadatan dan pergaulan adalah suatu kebiasaan yang berurat berakar pada bangsa Arab. Karena itu amat beratlah terasa oleh mereka meninggalkan agama nenek moyang dan menganut agama baru itu.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

^_^

selamat datang wahai sahabat,,,terima kasih telah mengunjungi blog ini...